6c2y5xLulMkOYYgEXrgPjC5Lx3Je6RzEo1m3mFkw

Custom Post Signature

Bookmark

MSG Bikin Bodoh, Mitos atau Fakta?

MSG Bikin Bodoh, Hoax atau Fakta?

Assalamualaikum Sobat Bunda,

Hai halooo, apa kabar sob? Musim hujan gini enaknya santai di rumah sambil makan mie instan hangat dan pedas. Yummy... What a perfect combination!


Eiits tunggu dulu, kalau musim hujan berarti hujannya hampir tiap hari, dong? Lantas apa kudu makan mie instan tiap hari juga? Yah, gak sehat dong, kan mie instan banyak MSG-nya.


Hmm, sebenarnya MSG itu aman dimakan gak sih? Beneran bikin bodoh ya? Sampai-sampai ada olokan tentang MSG dan bahkan sudah ada film komedinya yang berjudul "Generasi Micin" hehe.


Akhirnya sederet pertanyaan terkait MSG pasti muncul di benakmu. Yuk, kita telusuri lebih jauh soal MSG ini.


Sejarah MSG

Sebelum bahasannya ke mana-mana, yuk kita tengok dulu sejarah penciptaan MSG ini. Pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang ahli kimia di Jepang, sedang makan sup rumput laut. Sambil makan, Pak Ikeda ini berpikir, kenapa sup rumput laut ini enak sekali, gurih dan mantap rasanya.


Sup rumput laut ini kan terbuat dari dashi, kaldu campuran antara rumput laut dan ikan. Dashi ini banyak digunakan orang-orang Jepang saat makanan yang dimasak tidak menggunakan/minim protein hewani.


Namanya juga ahli kimia, setelah makan sambil berpikir gitu, dia segera bereksperimen mengisolasi senyawa aktif dalam rumput laut (Laminaria japonica) melalui proses penguapan. Keren ya kalo ahli kimia yang makan sambil berpikir. Kalo kita, yang ada makannya jadi lama, setelah itu malah kekenyangan karena gak terasa bolak-balik nambah, hahaha.


Nah, sejak saat itulah, Pak Ikeda memformulasikan rumus kimia yang spesifik rasanya seperti dashi yaitu memiliki karakter rasa 'umami', dalam bahasa Jepang artinya gurih. Jadi, sekarang tidak hanya ada 4 rasa yang dikenali indra pengecap/lidah kita, yaitu pahit, manis, asin, asam. Tambah satu lagi yaitu gurih/umami itu tadi.


Setahun kemudian Pak Ikeda berhasil membangun perusahaan untuk memproduksi MSG secara massal, namanya perusahaan Ajinomoto (artinya esensi rasa). Oke, sekian dulu cerita sejarah munculnya MSG, lanjut kita bahas tentang MSG itu sendiri.


MSG (Monosodium Glutamat)

MSG (Monosodium Glutamat) atau yang lazim dikenal sebagai micin atau vetsin, ini merupakan senyawa kimia turunan dari natrium L-glutamic acid. Tahu garam dapur yang sehari-hari untuk masak, kan? Nah, MSG ini gak jauh beda dengan garam dapur (NaCl) itu. 


Pada garam dapur, tangan natrium menggandeng tangan clorida, mereka sama-sama punya 1 lengan untuk bergandengan, jadilah NaCl. Sedangkan pada MSG, si natrium menggandeng si glutamat, karena glutamat lengannya ada 2, sedangkan natrium cuma 1 lengan, makanya disebut mono. Jadi, disebut monosodium glutamat yang disingkat MSG dan rumus kimianya C5H8NNaO4.


Sebenarnya, glutamic acid atau asam glutamat ini merupakan asam amino non esensial bagi tubuh kita. Kenapa non esensial? Karena kita gak perlu menambah asupannya dari luar tubuh. Tubuh kita sudah pintar memproduksinya sendiri di dalam. (Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah, sudah bisa produksi sendiri, gak perlu impor dari luar, lho?!?!?)


Glutamat ini memegang beberapa peranan penting dalam metabolisme tubuh serta pembentukan beberapa senyawa protein lainnya. Selain terikat dalam molekul protein, asam glutamat ini ada yang bebas beredar ke seluruh tubuh. 


Nah, glutamat yang bebas inilah yang biasanya bertugas sebagai penguat rasa (flavour enhancer). Ingat ya, yang saya sebut itu glutamat, bukan MSG. Kalo MSG adalah glutamat yang terikat dengan natrium.


Sebenarnya, glutamat ini selain diproduksi di dalam tubuh manusia, juga secara alamiah terdapat dalam tumbuhan dan hewan, misalnya di dalam tomat, keju, wortel, kentang, daging sapi, daging ayam, seafood, dan banyak bahan makanan lainnya. Bahkan ASI (Air Susu Ibu) pun mengandung glutamat. (ingat, glutamat ya, bukan MSG).


Pernah baca resep tumisan sering diberi tomat? Fungsi penambahan tomat ini, selain bermanfaat untuk menambah vitamin dan mineral ke dalam masakan, juga karena di dalam tomat terkandung banyak glutamat bebas, yang berarti bikin masakan tambah lezat atau enak.


MSG Bikin Mual Muntah?

Pernah mendengar ada keluhan orang mual, muntah, pusing setelah makan masakan yang mengandung banyak MSG? Nah, itu namanya mengalami CRS (Chinnese Restaurant Syndrome), sindrom Chinnese Food gampangnya, ya.


Kenapa begitu? Karena pada umumnya, Chinnese Food itu menggunakan saus tiram sebagai bumbu andalan, dan jenis bumbu-bumbu lain yang memiliki kandungan glutamat dan MSG tinggi. Jadi, mual muntah dan pusing itu disebabkan oleh reaksi tubuh yang alergi atau hipersensitif atau intoleran terhadap glutamat atau MSG.


Seperti pada kasus alergi susu sapi. Sebagian anak mengalami gangguan mual muntah jika mengonsumsi susu sapi, sedangkan sebagian anak lainnya sehat-sehat saja saat minum susu sapi. Hal ini karena terjadi lactose intolerance pada anak yang mengalami mual muntah itu tadi.


Sama halnya dengan glutamat. Orang yang mengalami CRS, dalam tubuhnya memiliki gangguan glutamate intolerance. Glutamate intolerance biasanya menimbulkan gejala berupa mual, muntah, sakit kepala, migrain, rasa kebas, kaku otot leher hingga ke punggung, gatal-gatal, hingga timbulnya ruam kulit. Berbeda-beda pada setiap orang, bergantung pada banyak faktor.


MSG Bikin Bodoh?

Glutamat (glutamat aja lho ya, tidak terikat dengan natrium, jadi bukan MSG) berperan penting dalam metabolisme, salah satunya metabolisme energi dan protein, di seluruh organ tubuh.


Khusus di otak, glutamat berperan sebagai neurotransmitter (ibarat kurir, petugas yang menyampaikan signal dari sel saraf ke sel tujuan seperti sel otot, dll). Nah, dari situ disimpulkan sementara, bahwa kadar glutamat yang berlebih dapat mengganggu kestabilan aktivitas neurotransmitter di otak.


Lanjut, para profesor kembali meneliti dengan seksama. Tepatnya pada tahun 1960 di Washington University, dilakukan penelitian terhadap Tikus berusia 2-9 hari (masih baby banget nih tikusnya). 


Subjek penelitian (tikus) diberi suntikan MSG dengan dosis luar biasa tinggi (4 gr/kgBB). Ternyata tikus tersebut mengalami kerusakan jaringan otak (duh, kasian banget tuh baby tikus, hiks). Setelah dipublikasikan, penelitian tersebut mendapat banyak komentar kontroversial dari para ilmuwan lain. 


Penelitian tersebut dianggap tidak valid untuk membuktikan bahwa MSG berbahaya untuk manusia, karena perbandingan dosis dan usia tikus sangat tidak sepadan, jika akan digeneralisir untuk mengambil kesimpulan yang diterapkan pada manusia.


Kemudian, 10 tahun kemudian, tepatnya tahun 1970 dilakukan penelitian kembali oleh ilmuwan lain. Kali ini subjek penelitian menggunakan manusia, yaitu 11 orang dewasa sehat yang diberi asupan gutamat hingga 100 mg/hari selama 42 hari.


Selama penelitian berlangsung, pihak peneliti memantau status dan kondisi kesehatan serta efek glutamat terhadap sistem saraf subjek penelitian. Sampai hari ke-42, tidak ditemukan adanya kelainan, gangguan, maupun perubahan struktur maupun fungsi sistem saraf pada 11 orang subjek penelitian tersebut. Semuanya sehat wal afiat.


Nah, dari situ disimpulkan bahwa MSG tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Sementara ini, pendapat orang mengenai MSG membuat gangguan otak sehingga menyebabkan bodoh, mungkin hanyalah anggapan beberapa orang yang secara khusus mengaitkannya dengan gejala glutamate intolerance itu tadi. Seperti sakit kepala, migrain, rasa kebas, dan sebagainya.


Perlu diingat juga, ilmu pengetahuan itu dinamis, selalu update dengan adanya penelitian-penelitian terbaru yang terus bermunculan di jagat riset. Sebagai contoh, dulu Pluto disebut planet, sekarang faktanya Pluto bukan lagi planet.


Bisa saja saat ini penelitian yang merujuk pada MSG itu menyimpulkan bahwa MSG aman dikonsumsi. Namun, siapa yang tahu jika 10 tahun mendatang ada penelitian terbaru yang menemukan hubungan antara penggunaan MSG dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Wallahua'lam.


Jadi...

Jika glutamat sudah alamiah diproduksi di dalam tubuh dan bahkan terkandung dalam banyak jenis bahan makanan alami, lantas untuk apa kita menambahkannya dari produk tambahan seperti MSG yang cenderung sintetis?


Jika hanya ingin mendapatkan sensasi 'umami' atau gurih seperti dashi, bisa saja kita tambahkan rumput laut kering secara langsung ke dalam masakan.


Atau jika memang untuk alasan ekonomis tidak mau beli rumput laut kering, tambahkan saja gula dan garam dengan ukuran 1 : 2 (garam 1 ujung sendok kecil dan gula 2 ujung sendok kecil, dengan syarat ukuran sendoknya sama persis). Menurut saya itu sudah cukup gurih untuk masakan.


Selama ini, jika memasak saya tidak menggunakan MSG maupun kaldu bubuk apa pun, tapi cukup bumbu dasar dan gula, garam, merica. That's it! Alhamdulillah enak dan bikin nambah lagi dan lagi, tapi yang bilang enak cuma orang rumah lho ya, soalnya belum punya resto, jadi yang menilai cukup orang rumah aja, hehehe.



Tulisan ini diikutsertakan dalam Challenge SETIP with Estrilook #day5

Post a Comment

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak melalui komentar di sini yaaa.
Terima kasih sudah mampir di Bundamami Story.